KabareBralink - Hampir semua orang suka ngemut permen atawa kembang gula, minimal waktu
kecil lah. Nah, Purbalingga, kota saya juga produsen permen yang cukup
terkenal lho, Permen Davos. Namanya keren kan?
Konon katanya si empunya pabrik memberi nama Davos dari sebuah kota
peristirahatan di Swiss yang hawanya 'suwejuk'. Nama itu dipilih untuk
menggambarkan rasa permen itu yang memang sejuk dan 'semriwiiinggg' itu.
Permen DAVOS di produksi oleh PT Slamet Langgeng yang terletak di
Kandang Gampang, dekat Pasar Lama Purbalingga. Nama Slamet diabadikan
dari nama Gunung Slamet yang tinggi menjulang di wilayah kota itu
sedangkan 'langgeng' berarti abadi.
Permen DAVOS sudah diproduksi sejak tahun 1931 oleh Siem Kie Djian.
Jadi, Kalau diitung-itung berarti sudah berumur 82 tahun.Saat ini,
perusahaan produsen permen Davos dipimpin oleh Budi Handojo Hardi yang
merupakan generasi ketiga dari perusahaan tersebut.
Permen davos dikemas dalam bungkus yang khas berwarna biru tua dengan
tulisan warna putih mencolok. Sejak jaman dulu hingga sekarang kemasan
itu tak berubah, ya begitu itu. Warna, ukuran, desain dan rasanya tetap
dipertahankan hingga kini. Setiap bungkus terdapat sepuluh buah permen
berwarna putih berbentuk bulat dan padat. Di komposisinya tertulis :
gula, stearic acid, dextrin, gelatin, menthol dan pepermint oil. Di
bungkus luarnya tertulis : Davos Pepermint, Extra Strong Permen.
Untuk bertahan dipasaran, Davos mengembangkan varian lain yang lebih "up
to date". Misalnya, dibungkus dengan wadah kotak kardus kecil dengan
permen yang bentuknya lebih kecil, seperti tablet obat. Produk ini tenar
di era 90an, jaman saya kecil. Saya suka menggunakan bekas bungkus
permen davos buat mainan karena bisa berbunyi seperti sempritan.
Nah, Karena diproduksi di Purbalingga, tentu saja permen ini sangat
familiar bagi daerah plat R. Permen ini juga sering kali menjadi bekal
bagi para petani untuk mengolah sawahnya. Jadi, saat musim tanam atau
panen tiba permen ini sudah pasti laku keras. Pun, ketika musim haji
tiba, permintaan permen Davos meningkat karena jamaah haji asal
menggunakanya untuk bekal di pesawat dan dinikmati ketika berada di
tanah suci..
Kini, meski peredarannya terbatas dan tidak pernah memasang iklan,
permen ini tetap langgeng. Davos pun tetap menjadi kebanggaan warga
Purbalingga.
Igoen/KB dipublikasikan juga di www.kompasiana.com/igoendonesia
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !