PURBALINGGA
- Sukses penyelenggaraan Pilkada Purbalingga menyisakan sejumlah
pekerjaan rumah. Salah satunya tidak tercapainya target partisipasi
pemilih seperti yang ditetapkan KPU sebesar 77,5 persen. Desk Pilkada
Purbalingga menyoroti kurang optimalnya proses sosialisasi sebagai
penyebab masih banyaknya warga yang tidak melaksanakan hak pilihnya
di Pilkada 9 Desember lalu.
![]() |
(Angka Golput mencapai 40%) |
“Desk
Pilkada menilai proses sosialisasi kurang efektif karena hanya
dilakukan oleh KPU. Termasuk saat kampanye, semua difasilitasi oleh
KPU sehingga calon menjadi agak pasif . Mudah-mudahan kedepan
aturannya dapat dievaluasi sedemikian rupa sehingga parpol dan tim
sukses pasangan calon memiliki kesempatan lebih banyak untuk
melakukan sosialisasi termasuk pemasangan alat peraga,” kata Wakil
Ketua Desk Pilkada Purbalingga, Setiyadi, dalam Rapat Evaluasi
Pelaksanaan Pilkada Purbalingga, di Graha Adiguna, Senin (28/12).
Menurut
Setiyadi, kurangnya sosialisasi dan tingkat partisipasi pemilih akan
menjadi bahan evaluasi untuk dicarikan solusi agar dalam
penyelenggaraan pemilu yang akan datang dapat lebih sukses.
Ditambahkan Setiyadi, selain persoalan sosialisasi dan partisipasi,
Desk Pilkada mencatat adanya laporan pelanggaran pemilu kepada
Panwaslu. Diantaranya soal penggelembungan suara, money politic,
pembagian sembako, tidak netralnya PNS, dan ketidaknetralan panitia
pemungutan suara. Juga pelanggaran PPS di Desa Gunungwuled, dimana
kasus ini sudah dilimpahkan ke pihak kepolisian.
“Laporan
pelanggaran oleh tim sukses pasangan nomor dua sudah ditindaklanjuti
dengan rapat penegakan hukum terpadu. Panwaslu Purbalingga
merekomendasikan ketidaknetralan PNS kepada komisi ASN di Jakarta.
Tindaklanjutnya belum diketahui,” jelasnya.
Seperti
diberitakan tingkat partisipasi masyarakat di Pilkada Purbalingga
tahun 2015 tidak sesuai target. Angka kehadiran pemilih di Tempat
Pemungutan Suara (TPS) pada pemungutan suara, Rabu (9/12) lalu hanya
mencapai kisaran 60% Hal ini tidak sesuai dengan target yang
ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang mencapai 77,5%.
Setiyadi
menambahkan, kendati demikian pihaknya merasa bersyukur karena
pelaksanaan Pilkada bisa berjalan aman dan lancar. Sehingga proses
penetapan bupati dan wabup terpilih bisa dilaksanakan tepat waktu
pada Selasa (22/12) lalu. KPU menetapkan pasangan H Tasdi SH MM-Dyah
Hayuning Pratiwi (Tasdi-Tiwi) sebagai pemenang pilkada,” ujarnya.
Ketua
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Purbalingga, Sri Wahyuni mengatakan salah
satu faktor penyebab karena banyak warga yang merantau memilih tidak
pulang saat hari pencoblosan.
“Sepertinya
tidak sesuai target karena banyak yang merantau, tidak pulang,”
ungkapnya.
Pengamat
politik dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto,
Indaru Setyo Nurprojo mengemukakan dari informasi yang didapatnya,
hanya sekitar 60 persen dari daftar pemilih tetap yang berpartisipasi
dalam ajang kontestasi politik lokal tersebut. Ia mengemukakan, ada
beberapa faktor yang menyebabkan warga Purbalingga enggan memilih
calon pemimpin Purbalingga.
“Pertama,
terkait calon (bupati), banyak calon pemilih yang sudah tidak sepakat
dengan calon-calon (bupati) yang ditawarkan oleh koalisi parpol, baik
nomor satu maupun nomor dua,” ujarnya.
Kemudian,
ia menilai warga atau calon pemilih banyak yang kecewa lebih dahulu
setelah melihat polah elit dalam men-setting pilkada Purbalingga,
sehingga menjadikan warga apriori.
“Ketiga,
banyak pemilih yang masih menganggap pilkada ini tidak akan
berpengaruh terhadap masa depan kehidupan mereka dan keempat, masih
ada calon pemimpin di wilayah pinggiran yang tidak mengetahui calon
yang akan bertanding,” ujarnya.
(Kabare
Bralink/Humas)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !