PURBALINGGA
– Taksi, merupakan kendaraan umum yang bersifat “exclusive”. Di
kota besar seperti Jakarta, keberadaan taksi memang sangat
diperlukan. Banyak kalangan yang suka memanfaatkan keberadaan
kendaraan umum exclusive itu. Meskipun mereka harus merogoh kantong
tebal, tetapi tetap rela demi kenyamanan dan terjaminnya
barang-barang yang dibawa.
Dilihat
dari segi keamanan dan kenyamanan taksi memang lebih aman ketimbang
naik bis atau pun angkot yang berdesak-desakan. Belum lagi, kalau ada
copet yang berkeliaran, barang bawaan pun kadang raib oleh si
pencopet.
Taksi,
juga merupakan primado di tempat-tempat umum yang strategis, seperti
halnya bandara maupun stasiun kereta api. Di Purwokerto, keberadaan
taksi juga penting, mereka “stand by” 24 jam di sekitaran staisun
Purwokerto. Hal ini memang bertujuan untuk mencari penumpang yang
baru keluar dari stasiun. Terlebih, ketika penumpang itu sampai di
stasiun Purwokerto saat malam hari, tentulah mereka memerlukan
kendaraan yang aman dan nyaman. Dan taksi adalah pilihan yang tepat.
Seiring
perkembangan zaman, taksi itu memang diperlukan, apa lagi kota
berkembang seperti Purbalingga itu merencanakan pembangunan bandara
di Wirasaba. Bukan tidak mungkin lagi, pasti taksi sangat diperlukan.
Namun, jika wacana tersebut belum rampung, maka ada beberapa yang
protes untuk diadakannya taksi di Purbalingga.
Hal
ini seperti yang dilansir Satelitpost, bahwa Organisasi Sopir dan
Awak Angkutan Kota (Osaka) Purbalingga menentang rencana ujicoba
pengoperasian Kopajar Taksi Purbalingga pada 2016 besok. Rencana
tersebut dianggap tidak sesuai hasil kesepakatan antara Osaka dan
pemkab setempat.
Rohman
(38) anggota Osaka Purbalingga asal Bukateja mengatakan, sesuai
kesepakatan di awal, pengadaan taksi di Purbalingga baru akan
dilakukan ketika Lanud Wirasaba sudah bisa menjadi bandara komersil.
![]() |
(Kabare Bralink/Google Image) |
"Laa
kie bandara be durung genah koh wis arep ngetokna taksi. Ya jelas
kami para sopir angkot ga setuju mas," katanya saat ditemui
Satelitpost di tempat ngetemnya, Selasa (15/12).
Anggota
Osaka lainnya, Warso (39) menjelaskan, dengan beroperasinya taksi
tanpa ada aturan yang jelas, bisa menimbulkan dampak buruk kepada
sopir angkot. Bahkan bisa juga menimbulkan pertengkaran antara sopir
angkot dengan sopir taksi.
"Sekarang
saja sepi penumpang, apalagi nanti kalau ada taksi. Jelas ini efeknya
ga bagus buat kami," katanya. Seharusnya, kata Warso, dibuat
dulu aturan dan regulasi seperti yang pernah disosialisasikan dulu.
Ketua
Osaka Purbalingga, Sohirun mengungkapkan, pengadaan taksi di
daerahnya dinilai terlalu terburu-buru. Pasalnya, belum ada hasil
kajian dan studi kelayakan tentang kebutuhan masyarakat lokal
terhadap taksi.
"Mewakili
rekan-rekan sesama pengemudi angkot, saya juga tidak sepakat kalau
dioperasikan tanpa ada regulasi," katanya.
Nah, dadi apike kepriwe kie? Arep ana taksi, bandara ben urung jelas komersil apa dudu. Wis kayak kue, siki angkote juga pada sepi, amerga wong Purbalingga siki sedela-dela numpmake motor....
(Kabare
Bralink/Satelitpost)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !