PURBALINGGA
– Dalam rangka peringatan Hari Ibu Ke-87 Tingkat Kabupaten
Purbalingga, ibu-ibu Organisasi persatuan Istri Anggota Polri
Bhayangkari Cabang Purbalingga menampilkan kebolehannya memainkan
Tari Rumekso di Pendapa Dipokusumo, Selasa (22/12). Tarian Rumekso
yang dibawakan ibu-ibu Bhayangkara Polres Purbalingga, merupakan
tarian asli Banyumas yang menceritakan seni Lengger, Ebeg dan tokoh
Gatotkaca. Dalam tarian tersebut, dua kepribadian ditarikan dengan
anggun, energik dan ceria dihadapan Asisten Administrasi Sekda
Kabupaten Purbalingga Gunarto mewakili Penjabat Bupati Purbalingga,
pimpinan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) Kabupaten
Purbalinga, pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Camat,
Kepala Bagian/Kantor serta undangan organisasi wanita di Kabupaten
Purbalingga.
“Selain
tarian dari Ibu-ibu Bhayangkari, resepsi peringatan hari ibu kali
ini, juga disampaikan bantuan kemasan produk dari Pemkab Purbalingga
melalui Dinas Perindustrian Perdagangan Dan Koperasi Kabupaten
Purbalingga kepada pelaku usaha mikri kecil dan menengah (UMKM)
perempuan,” terang Ketua Penyelenggara Resepsi Hari Ibu Ke-87
Tingkat Kabupaten Purbalingga Yesi Anom Setiadji.
Menurut
Yesi, bantuan kemasan produk bagi UMKM perempuan diberikan kepada
enam kelompok, diantarnya Aha Sponge Cake Perum Abdi Negara
Bojanegara, Kafia Brownies Bobotsari, Zika Snack Perum Karangmanyar,
Puti Sari Majasari Bukateja dan Tinggar Jaya Padamara serta Rizqiana
Jompo. Usai resepsi digelar pameran aneka produk UMKM. Sedangkan
tujuan dari kegiatan tersebut untuk mendorong terwujudnya kesetaraan
antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa serta bernegara. Selain itu juga untuk
meningkatkan kesetaraan hak kewajiban perempuan dan laki-laki dalam
mewujudkan lingkungan yang kondusif untuk perlindungan perempuan dan
anak.
“Tujuan
lainnya adalah untuk meningkatkan peran serta instansi pemerintah dan
non pemerintah untuk menempatkan perempuan pada posisi pengambil
kebijakan yang responif terhadap gender,” terangnya.
Dalam
sejarah singkat yang dibacakan anggota bhayangkari, gema Sumpah
Pemuda dan lantunan lagu Indonesia Raya pada tanggal 28 Oktober 1928
dalam Konggres Pemuda, merupakan salah satu penggugah semangat para
pimpinan kaum perempuan untuk mempersatukan diri dalam kesatuan wadah
yang mandiri. Selain itu, atas prakarsa para perempuan perjuangan
kemerdekaan, pada tanggal 22 sampai 25 Desember 1928 diselenggarakan
Konggres Perempuan di Yogyakarta. Salah satu keputusannya adalah
dibentuknya satu organisasi federasi mandiri dengan nama Perikatan
Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI). Setahun berikutnya PPPI
diganti namanya menjadi Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia
(PPII) dan menggelar konggres yang kedua.
Dan
pada tahun 1938 dalam konggres perempuan Indonesia ketiga di Bandung
yang menyatakan bahwa tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.
Selanjutnya dikukuhkan oleh pemerintah dengan Keputusan Presiden
Nomor 316 Tahun 1959 Tentang Hari-hari Nasional yang bukan merupakan
hari libur.
Peringatan
Hari Ibu, dimaksudkan untuk senantiasa mengingatkan seluruh rakyat
Indonesia, terutama generasi muda, akan makna Hari Ibu sebagai hari
kebangkitan dan persatuan serta kesatuan perjuangan bangsa. Sedangkan
semangat perjuangan kaum perempuan Indonesia tercermin dalam lambang
hari ibu, berupa setangkai bunga melati yang menggambarkan kasih
saying kodrati antara ibu dan anak. Kekuatan, kesucian antara ibu dan
pengorbanan anak serta kesadaran wanita menggalang kesatuan dan
persatuan, keikhlasan bakti dalam pembangunan bangsa dan Negara.
Dalam
sambutannya, Penjabat Bupati Purbalingga yang dibacakan Asisten
Administrasi Sekda Gunarto mengatakan, bahwa Hari Ibu di Indonesia
lahir dari pergerakan bangsa Indonesia. Dalam pergerakan kebangsaaan
kemerdekaan, peran perempuan di Indonesia sungguh mengesankan.
“Sebagai
buktinya, antara lain, terlihat dalam konggres perempuan pertama 22
Desember 1928 di Yogyakarta sebagi tekad bersama mendorong
pembentukan Indonesia merdeka,” tuturnya.
Sedangkan
hakekat peringatan hari ibu setiap tahunnya, sambung Gunarto, adalah
untuk mengingatkan seluruh rakyat Indonesia, terutama generasi muda
akan arti serta makna hari ibu sebagai momentum kebangiktan bangsa.
Selain juga untuk penggalangan rasa persatuan dan kesatuan serta
gerak perjuangan kaum perempuan yang tidak dapat dipisahkan dari
sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
(Kabare
Bralink/Humas)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !