Tak
ada angin, tak ada hujan, tak ada gempa, tak ada pula mobil atau motor menderu
di dekatnya, sebab saat itu lampu lalu lintas menyala merah, tiba-tiba braaak… Patung Panglima Besar Jenderal
Soedirman yang berdiri tegak dan kokoh di Jln. Mayjen Sungkono, Purbalingga
roboh. Potongan kepala, badan, dan kaki patung Sang Jenderal pun berserakan di jalan.
"Ora
nana angin, ora nana apa-apa ijig-ijig rubuh. Ujarkuaha ana mobil tabrakan
jebul Patung Jenderal Sudirman rubuh," kata seorang pengamen yang
biasa mangkal di perempatan tersebut kepada Kabare Bralink.
Patung
yang ada di bundaran perempatan antara terminal dan Kantor Polres Purbalingga itu
roboh sekitar pukul 09.00 WIB, Minggu, 3 Januari 2016. Belum jelas apa penyebab
pasti robohnya patung tersebut. Syukur tidak ada korban jiwa akibat kejadian
tersebut. Seusai kejadian, polisi dan warga segera bahu membahu membersihkan puing-puingnya.
Sontak
kejadian tersebut menjadi trending topic
bagi warga Purbalingga. Dunia maya pun riuh rendah membicarakan robohnya patung
Sang Jenderal. Media nasional baik cetak maupun elektronik pun tak luput
memberitakan kejadian itu.
Tak
hanya analisis logis, robohnya patung itu pun dikait-kaitkan dengan hal-hal mistis dan pertanda
akan terjadi sesuatu peristiwa di Kota Knalpot itu. Namun, Kepala Dinas
Pekerjaan Umum Kab. Purbalingga Sigit Subroto memperkirakan patung tersebut
roboh karena bahan fiber yang digunakan untuk membangun patung itu sudah cukup
tua dan mengalami pelapukan. Ia pun meminta tak dikait-kaitkan dengan hal yang
aneh-aneh.
Sebagai informasi, patung itu diresmikan pada 31 Desember 2014. Anggaran pembuatan patung yang berdiri gagah menghadap ke arah selatan tersebut senilai Rp. 270 juta dari APBD Kabupaten Purbalingga
Pemerintah
Kabupaten Purbalingga pun segera menindaklanjuti kejadian tersebut dengan
dengan membentuk tim Investigasi. Tim terdiri dari unsur teknis dan non teknis,
mulai dari unsur-unsur material bagunan dan unsur seni serta administrasi
lainnya. “Dari hasil kajian akan digunakan untuk membuat kaputusan kedepannya,”
ujar Kepala Bagian Humas Setda Purbalingga, Rusmo Purnomo, Senin (02/01).
Menurutnya,
Pemkab akan segera membangun kembali patung tersebut. Namun, perlu diadakan
kajian ulang yakni dari segi Detai Engineering Design (DED) dan perencaanaan anggarannya. “Perencanan
DED akan dilaksanakan pada perubahan anggaran 2016, sedangkan untuk pembangunan
kemungkinan bisa dilaksanakan pada tahun 2017,” katanya.
Dengan
robohnya patung sang Jenderal Besar, Pemkab juga akan melakukan pemeriksaan
pada 3 patung dengan bahan yang sama, seperti Patung Knalpot di pertigaan Jalan
AW Soemarmo, Patung dr.Goeteng Tarunadibrata di Kompleks RSUD, serta Patung
Atlet Lempar Peluru di kompeks Stadion Guntur Darjono.
Panglima
Besar Jenderal Soedirman merupakan salah satu pahlawan nasional asal
Purbalingga. Jenderal Soedirman dilahirkan di Desa Bantarbarang, Kecamatan
Rembang pada 24 Januari 1916. Ia dikenal dengan heroismenya memimpin perang
gerilya melawan Belanda dari atas tandu. Soedirman wafat pada 29 Januari 1950
usai kembali dari medan perang di usia
yang masih sangat muda, baru 34 tahun.
Atas
jasa-jasanya, Soedirman dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan namanya
kemudian banyak diabadikan menjadi nama jalan, universitas dan lain sebagainya.
Patungnya pun tak hanya berdiri gagah di Purbalingga, kota kelahirannya,
melainkan di juga di Purwokerto, Jakarta, Surabaya, Pacitan, Jogjakarta bahkan
di Alor, Nusa Tenggara Timur.
Ya,
semoga pemerintah segera membangun patung yang lebih baik. Jikapun tidak,
namanya akan tetap dikenang sebagai pahlawan besar bangsa ini yang dilahirkan
dari Purbalingga. Sebagai warga Purbalingga, mari kita teladani perjuangan Jenderal
Soedirman.
(Kabare Bralink / Igoen)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !