![]() |
Salah satu destinasi andalan Desa Wisata Panusupan |
PURBALINGGA
– Dengan adanya destinasi wisata baru di Purbalingga, tentu
mengharapkan adanya peningkatan taraf hidup bagi tempat tersebut.
Untuk itu, pelaku desa wisata menginginkan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) yang memproduksi souvenir khas Purbalingga untuk bekerja sama
memasarkan produknya di sejumlah desa-desa wisata. Potensi pengunjung
desa wisata mulai menunjukkan trend kenaikan, namun di sisi
lain, wisatawan sering menanyakan produk souvenir untuk sekedar
oleh-oleh.
Ketua
Dewan Pengurus Daerah (DPD) Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI)
Kabupaten Purbalingga, Aris Widianto mengungkapkan, trend kunjungan
wisata di sejumlah desa wisata khususnya di Desa Panusupan dan Desa
Tanalum Kecamatan Rembang, sejak bulan Desember 2015 hingga bulan
Pebruari 2016 ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Namun disisi lain, saran yang disampaikan pengunjung rata-rata masih
kesulitan mencari souvenir khas desa atau khas Purbalingga. Selain
itu, juga belum ada tempat makan yang khas di desa. Desa wisata
biasanya menyediakan jasa makanan jika pengunjunjung membeli paket
wisata dan sudah dipesan beberapa hari sebelumnya.
![]() |
Susur sungai Kali Arus, Dusun Batur, Desa Panusupan |
“Kami
mengajak kepada para pelaku UMKM, mari bekerjasama untuk memasarkan
produk souvenir yang khas bagi wisatawan,” kata Aris Widianto, pada
Rapat Musrenbang bidang Ekonomi Kerakyatan di aula Bappeda, Kamis
(25/2).
Aris
mengungkapkan, pada bulan Januari 2016 saja, jumlah wisatawan yang
berkunjung ke Desa Wisata Panusupan menjapai lebih dari 11 ribu
orang. Sementara di Desa Tanalum, sekitar 10 ribu orang. Belum lagi
di Desa Serang Kecamatan Karangreja. Wisatawan yang datang tentunya
membutuhkan makanan khas desa dan juga souvenir.
“Peluang
inilah yang kami yakin bisa diisi oleh para pelaku UMKM. Intinya mari
kita bekerjasama untuk saling mendukung pengembangan desa wisata di
Purbalingga dari berbagai sisi,” harap Aris yang juga Fasilitator
pendamping Desa Wisata Panusupan.
Salah
seorang pelaku usaha souvenir, Imung dari Desa Klapasawit, Kecamatan
Kalimanah, mengaku akan menindaklanjuti dan menjalin komunikasi
dengan pengelola dan pelaku desa-desa wisata.
![]() |
Rumah Pohon Kenangan, Puncak Batur, Desa Wisata Panusupan |
“Kami
memiliki kerajinan dari bambu, dan saya yakin bisa menjadi souvenir
yang menarik bagi wisatawan khususnya wisatawan dari kota-kota
besar,” ujarnya.
Sementara
itu, dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Ekonomi Bappeda
Purbalingga, Ir. Cipto Utomo, M.Si, mengakui pertumbuhan desa-desa
wisata di Purbalingga cukup pesat. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah
wisatawan yang berkunjung ke desa wisata. Pada tahun 2015 saja,
tercatat ada sekitar 276 ribu wisatawan yang berkunjung.
“Bappeda
akan mendukung terus perkembangan desa wisata agar bisa menggerakan
perekonomian masyarakat di desa. Dukungan tersebut antara lain dengan
pembangunan infrastruktur jalan menuju desa wisata, dan bantuan
keuangan khusus kepada desa-desa wisata,” kata Cipto Utomo.
Ketua
FEDEP (Forum for Economic Development and Employment Promotion)
Kabupaten Purbalingga, Tri Daya Kartika juga mengapresiasi
perkembangan desa-desa wisata di bawah binaan Dinbudparpora (Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga). Dalam satu tahun
terakhir, keberadaan desa-desa wisata di Purbalingga mulai
diperhitungan masyarakat di Jateng dan Yogyakarta, serta dari Jakarta
yang ingin mengunjungi desa wisata di Purbalingga.
“Ini
perkembangan yang menarik dan harus didorong untuk terus maju. Kami
ingin kluster-kluster lain di bawah binaan FEDEP untuk bersinergi
satu sama lain mendukung pembangunan di Purbalingga,” kata Tri Daya
Kartika.
Ketua
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ardi Mandala Giri Desa Panusupan,
Kecamatan Rembang, Yanto Supardi, mengungkapkan beberapa wisatawan
dari Jakarta dan Ambon yang pernah berkunjung ke Panusupan mengaku
kagum dan bisa menikmati wisata yang sesungguhnya di desa. Mereka
sangat menikmati ketika mandi di sungai kecil yang jernih, berjalan
di antara pematang sawah serta makan makanan khas desa seperti sayur
lompong dan nasi jagung.
“Kearifan
lokal masyarakat seperti inilah yang cenderung mulai disukai para
wisatawan dari kota-kota besar,” ujarnya.
(Kabare Bralink/Ery/pariwisata)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !