PURBALINGGA
– Salah satu cara untuk menarik wisatawan untuk berkunjung adalah
dengan adanya gelaran festival yang diadakan suatu daerah. Karena
dengan adanya festival tersebut, secara tidak langsung promosi wisata
akan tersiar ke seluruh tempat melalui berbagai media. Namun, sangat
disayangkan, festival desa wisata yang diadakan setahun sekali oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, tahun 2016 ini
dipastikan batal. Festival tahun ini merupakan kali ketiga, dan
sedianya akan digelar di Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Festival desa
wisata mulai digelar tahun 2014 di Purwokerto, kemudian 2015 di
Banjarnegara. Atas pembatalan tersebut, sejumlah pengelola desa
wisata mengaku kecewa.
“Dengan
berat hati, kami beritahukann bahwa rencana kegiatan festival desa
wisata tahun ini, dibatalkan. Pembatalan ini karena anggaran di dinas
(Dinbudpar Jateng), dipangkas, dan akan digunakan untuk membiaya gaji
serta pengelolaan SMA/SMK yang mulai diambil alih provinsi,” kata
Kepala Seksi Pengembangan Wisata Dinbudpar Jateng, Ir Prambudi Traju
Trisno, MM, M.Si pada pertemuan Forum Komunikasi Desa Wisata (FK
Deswita) Jateng yang digelar di Desa wisata Plajan, Kecamatan
Pakisaji, Jepara, Jumat – Sabtu (22 – 23/4).
Prambudi
mengatakan, meski pelaksanaan festival dibatalkan, namun pihaknya
berharap tidak mengurangi semangat para pengelola desa wisata dalam
mengembangkan dan mempromosikan desanya.
“Kami
akui, kunjungan wisatawan ke desa wisata di Jateng semakin
menunjukkan trend yang terus meningkat. Wisatawan mulai beralih
mengunjungi desa-desa wisata yang menarik dan unik, baik potensi
alam, seni budaya maupun kulinernya,” kata Prambudi.
Bahkan,
desa wisata Dieng Kulon yang dikelola oleh kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) Dieng Pandawa sudah diakui di tingkat ASEAN.
“Kunjungan
wisata ke Dieng tidak saja wisatawan domestic, tetapi juga wisatawan
mancanegara,” kata Prambudi.
Di
bagian lain, Prambudi menambahkan, jumlah desa wisata di Jateng saat
ini sekitar 147 desa. Persoalan yang masih perlu dibenahi dalam hal
sumberdaya manusia pengelolanya. Selain itu, persaingan dan konflik
kepentingan di dalam desa wisata itu juga perlu mendapat perhatian.
“Perlu
kerjasama yang baik antara pengelola desa wisata, sehingga akan
saling bersinergi dan kompak dalam mengembangkan desanya sebagai desa
wisata,” tambah Prambudi.
Secara
terpisah, Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Kebudayaan Pariwisata
Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si
menyayangkan atas dibatalkannya kegiatan festival desa wisata tingkat
Jateng. Menurutnya, festival sangat strategis sebagai ajang promosi
dan saling bertukar pengalaman sesama pengelola desa wisata.
“Berdasar
pengalaman sebelumnya, kegiatan festival desa wisata mampu menjadi
ajang promosi kepada asosiasi pariwisata khususnya biro atau agen
wisata dan masyarakat umum. Festival desa wisata juga mampu
meningkatkan apresiasi terhadap pengembangan desa wisata yang pada
akhirnya menjadi sarana pembinaan dan motivasi bagi pengelola desa
wisata,” kata Prayitno.
(Kabare
Bralink/Wisata)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !