PURBALINGGA
– Di zaman yang sudah modern dan ekonomi cukup meningkat, ternyata
masih ada sebagian rakyat yang hidupnya miris. Etin (46) bersama
istrinya Tarsem (44) dan anaknya Tomi Indra Leksana (10 bulan)
kesehariannya hidup di kamar mandi. Mereka mendiami kamar mandi yang
masuk di wilayah RT 2 RW 1 Kelurahan Purbalingga Wetan, Kecamatan
Purbalingga, Kabupaten Purbalingga tersebut.
Kisah
yang memilukan itu dimulai Juni 2015. Dulu. kamar mandi itu adalah
bagian rumah milik Juriyah (60). Pada awal Juni 2015 rumah Juriyah
itu luluh lantak karena terbakar. Ironisnya polisi menemukan dugaan
jika kebakaran tersebut dilakukan oleh anaknya sendiri, Yuni (30)
yang sejak lama memang memiliki gangguan kejiwaan.
Karena
kebakaran tersebut Juriyah harus rela meninggalkan rumah dan juga
kenangan akan almarhum suaminya terkubur bersama puing-puing sisa
lalapan si jago merah. Rumah itu pun hanya menyisakan ruang kamar
mandi.
Setelah
kebakaran yang memilukan itu datanglah Etin (46) dan Tarsem (44).
Bingung tidak punya tempat berteduh, pasangan suami istri (pasutri)
tersebut rela untuk mendiami satu-satunya bangunan yang tersisa dari
kejadian kebakaran tersebut. Bahkan lebih tragis, pasutri ini membawa
serta bayinya yang baru berusia 10 bulan untuk hidup bersama di dalam
bangunan bekas kamar mandi berukuran 2x3 meter itu.
“Mboten
masalah teng kamar mandi mas, niki mawon sampun syukur, sing penting
wonteng panggenan ngiup,” kata Tarsem yang ketika didatangi
SatelitPost sedang membuat perapian di pawon yang dia buat dekat
dengan bangunan toilet itu, Senin (4/4).
Sejenak
Tarsem mohon diri untuk masuk menghampiri bayinya, Tomi Indra
Leksana, yang menangis di dalam bangunan kamar mandi tersebut. Ketika
Kami mengikutinya, sungguh ironis, bayi yang baru berusia 10 bulan
itu hanya terbaring di atas sehelai karpet dan perlak kecil.
Sambil
menenangkan tangis anaknya, Tarsem kembali menceritakan kisahnya.
Dirinya sudah hampir satu pekan tinggal di bangunan kamar mandi
tersebut. Meski bersyukur, Tarsem sebenarnya terpaksa untuk tinggal
di sana. Bagaimana tidak, suminya hanya bekerja sebagai tukang becak,
dan seringkali suaminya juga diminta untuk membantu berbagai hal
berat sebagai buruh serabutan.
“Seniki
jalere kulo seg dados glidig mas teng ngajeng niku wonten
mbaranggawe, mbantu asah-asah piring sanjange,” ujarnya.
Tidak
memiliki penghasilan tetap membuat Etin tidak bisa menyewakan hunian
layak bagi keluarganya, sementara Tarsem hanya bisa menunggu di rumah
karena Tomi masih terlalu kecil untuk ditinggal bekerja. “Nek
namung saking becak nggih mboten cekap, kangge tumbas wos mawon
kirang. Sak niki pun sami gadhah motor, becak pun mboten payu,”
katanya sembari menyiapkan air hangat untuk memandikan buah hatinya.
Sementara
itu, Tarsem mengaku sudah empat tahun menikah dengan Etin. Sebelum
memutuskan untuk tinggal di kamar mandi itu, Tarsem menumpang di
rumah orangtuanya di Desa Karangbanjar, Kecamatan Kutasari. Namun
seiring berjalannya waktu, Etin merasa sungkan untuk hidup menumpang.
Sedangkan
suaminya, lanjut Tarsem, walaupun memiliki 11 saudara. Namun tidak
ada dari mereka yang memiliki nasib lebih baik dari suaminya.
“Morotuonipun kulo namung gadhah griyo setunggal, nek badhe teng
mriko nggih mangke rebutan kalih tunggale,” ujarnya.
Di
antara puing-puing itu, Etin dan Tarsem membuat sebuah pawon untuk
memasak. Dengan memanfaatkan sisa seng yang ditinggalkan pemiliknya,
mereka membuat bilik sempit untuk digunakan sebagai tempat mereka
mandi.
“Toyane
kulo sampun pamit kalih sing gadhah, kulo ken nambaih sekedik biaya
ledeng mangke,” katanya sambil masih memandikan Tomi.
Sampai
saat ini dirinya masih merasa beruntung karena tetangganya di situ
bersimpati kepada nasib keluarganya. Beberapa hari lalu, Tarsem
menuturkan sudah mendapat beberapa bantuan materiil dari warga
sekitar. “Sederenge kulo mboten kalih karpet acan mas, lampune
nggih namung senthir, nek seniki nggih pun mending lah diparingi
listrik kalih lampu,” katanya.
Dia
berharap ada sedikit bantuan dari Pemerintah Kabupaten Purbalingga
untuk memberikannya tempat yang layak untuk dirinya, terlebih untuk
buah hatinya, Tomi. Karena dia pun menyadari, jika hidup di dalam
kamar mandi seperti itu sangat tidak baik untuk kesehatan anaknya
tersebut.
(Kabare Bralink/SN)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !