PURBALINGGA
– Wisata Tlaga ‘Situ Tirta Marta’ yang berada di
Desa Karangcegak, Kecamatan Kutasari, perlu terus dibenahi dan
dipadukan dengan wisata kuliner buntil khas Carangmanggang, Kutasari
dan gule ayam ‘Ninine’. Dua kuliner itu sudah cukup
dikenal masyarakat Purbalingga dan bahkan menjadi tujuan wisata
kuliner wisatawan luar kota ke Kutasari. Wisatawan akan lebih
menikmati ketika menyantap gule ‘Ninine’’ atau buntil Kutasari
di suasana desa dan gemericik air di Situ Tirta Marta.
Hal
tersebut disarankan oleh anggota Komisi III DPRD Purbalingga Cahyo
Susilo, saat melakukan kunjungan kerja kawasan wisata Situ Tirta
Marta, Jum’at (5//8). Rombongan Komisi III dipimpin oleh Haryanto
(Hanura) dan diterima oleh Kabid Pariwisata Dinbudparpora
Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si, Kepala Desa Karangcegak Harsono, para
pengelola wisata yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata ‘Tirta
Marta’, serta sejumlah tokoh masyarakat setempat.
Cahyo
meminta kepada pengelola wisata Tirta Marta untuk serius dan selalu
kompak mengembangkan desanya sebagai desa wisata. Pelayanan kepada
tamu harus ramah dan memberikan kesan yang baik bagi pengunjung.
Disisi lain, para anggota Pokdarwis juga dituntut untuk mengembangkan
kreatifitas dan melakukan inovasi agar wisatawan betah datang kembali
dan tidak merasa bosan.
“Perlu
pula digelar even disekitar lokasi wisata sehingga secara tidak
langsung menjadi sarana promosi.Selain itu, promosi melalui berbagai
media termasuk media sosial juga perlu terus ditingkatkan,,” kata
Cahyo.
Senada
dengan Cahyo, anggota Komisi III dari Partai Kebangkitan Bangsa,
Mutmainah juga menekankan pentingnya inovasi wahana wisata dan
sosialisasi serta promosi yang gencar akan keberadaan Situ Tirta
Marta. “Kami melihat ada perkembangan yang baik dengan pengelolaan
Situ Tirta Marta oleh Pokdarwis. Harapan kami, pengunjungnya semakin
meningkat dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat,” kata
Mutmainah.
Haryanto,
anggota Komisi III lainnya dari Partai Hanura mengatakan, potensi
sumberdaya air di Desa Karangcegak, paling baik sebagai modal untuk
mengembangkan desa wisata. Pengelola dan pihak desa perlu membuat
masterplan untuk pengembangan Situ Tirta Marto kedepan.
“Komisi
III siap mendukung pengembangan wisata di Purbalingga, termasuk yang
dikelola oleh masyarakat melalui Pokdarwis,” kata Haryanto.
Haryanto
menambahkan, status kepemilikan tanah Situ Tirta Marta memang
milikpemerintah, dan saat ini pihak masyarakat melalui Pokdarwis
mengelolanya. Pengelolaan tetap memperhatikan fungsi lingkungan, dan
pemanfaatan air utamanya untuk irigasi.
“Masyarakat
untuk tidak ragu-ragu mengelolanya, sepanjang tidak melakukan
perusakan lingkungan. Saya berharap, pemerintah tidak akan mengambil
alih, potensi sumberdaya alam yang sudah dikelola masyarakat, meski
status tanah itu milik pemerintah,” kata Haryanto.
Haryanto
menyarankan, Dinbudparpora perlu memfasilitasi pertemuan antara
Pemkab dalam hal ini DPU Pengairan yang memiliki hak penguasaan
pengelolaan sumberdaya air Tirta Marta, dengan pihak desa dan
kelompok sadar wisata.
“Dalam
pertemuan itu perlu dirumuskan kerjasama pengelolaan, sehingga semua
pihak bisa memperoleh manfaat dari keberadaan Situ Tirta Marta,”
saran Haryanto.
Kepala
Desa Karangcegak, Harsono mengatakan, Situ Tirta Marta didukung oleh
sejumlah sumber mata air disekitarnya. Luas lahan di kawasan ini
hampir 10.000 meter persegi. Sumber mata air selain dimanfaatkan oleh
PDAM untuk keperluan air bersih, juga untuk irigasi teknis. Lahan di
Karangcegak yang dialiri irigasi dari Situ Tirta Marta ini hanya
sekitar dua hektar, selebihnya ratusan hektar berada di wilayah
desa-desa dibawahnya hingga ke wilayah Kelurahan Wirasana. Situ Tirta
Marta mulai digarap oleh Pokdarwis Tirta Marta mulai tahun 2014. Saat
itu pengunjung tidak dikenakan tiket masuk, dan hanya membayar parkir
kendaraan yang sangat murah. Mulai bulan Juli 2016, pengunjung
dikenai sumbangan sebesar Rp 3.000,- per orang yang dipergunakan
untuk pengelolaan dan penambahan fasilitas non permanen.
“Fasilitas
disini memang masih minim, oleh karenanya kami mengharap dukungan
Komisi III dan Dinbudparpora untuk bisa mengembangkan wisata Situ
Tirta Marta,,” harap Harsono.
Kepala
Bidang Pariwisata Dinbudparpora Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si
mengemukakan, pihaknya akan terus melakukan pembinaan pengelolaan
Situ Tirta Marta oleh pokdarwis. Pembinaan mulai dari melakukan
berbagai pelatihan kepada pengelola, kampanye sapta pesona sadar
wisata, bimbingan manajemen desa wisata, studi banding, menempatkan
fasilitator hingga memberikan bantuan keuangan khusus.
“Wisata
Tirta Marta, selain sebagai wisata pemandian, kami arahkan sebagai
wisata foto underwater, kid tubing, pemancingan, dan kuliner makanan
khas di sekitar kolam,” kata Prayitno.
(Kabare
Bralink/Humas)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !