Film
berlatar korban ’65 'Kami Hanya Menjalankan Perintah,
Jenderal!' dan 'Izinkan Saya Menikahinya' karya
pelajar SMA Negeri Rembang Purbalingga berhasil menggondol Piala
Dewantara pada malam penganugerahan Apresiasi Film Indonesia (AFI)
2016 yang digelar di Grand Kawanua Convention Centre Manado,
Sulawesi Utara, Sabtu, 8 Oktober 2016.
“Kami
Hanya Menjalankan Perintah, Jenderal!” sutradara Ilman Nafai raih
Film Terbaik kategori Apresiasi Film Dokumenter Pelajar/Mahasiswa.
Film ini tentang tiga eks-Cakrabirawa asal Purbalingga yang berkisah
bagaimana kejadian dimalam tragedi itu dan hari-hari setelahnya.
“Penghargaan
ini untuk para korban ’65 yang selama ini tidak pernah mendapat
pengakuan resmi Negara. Dan penghargaan bagi dunia film di Banyumas
Raya. Karena film, kami jadi belajar bagian sejarah kelam Indonesia,”
jelas siswa kelas XI ini.
Sementara
film 'Izinkan Saya Menikahinya' sutradara Raeza Raenaldy Sutrimo raih
Film Terbaik kategori Apresiasi Film Pendek Pelajar. Film yang
diangkat dari kisah nyata ini berkisah tentang kebahagiaan Suryati
yang terenggut lantaran sepucuk surat penolakan izin menikah dari
atasan calon suaminya, Suryono, dengan alasan KTP kakek Suryati
berlabel ET (eks-tapol).
Menurut
Raeza, tidak mudah membuat film berlatar korban ’65 karena efeknya,
ekskul sinematografi di mana selama ini mereka belajar film,
dibubarkan sepihak oleh sekolah. “Kami menganggap ini resiko
berkarya, karena sejatinya tidak ada yang bisa membendung
kreativitas. Beruntung, masih ada Cinema Lovers Community
(CLC) yang menjaga kami,” tegas siswa yang sudah duduk di bangku
kelas XII ini.
Sebelumnya,
kedua film yang diproduksi tahun 2016 di bawah bendera Gerilya Pak
Dirman Film ini sempat menjadi Film Dokumenter dan Film Fiksi Terbaik
Pelajar SMA se-Banyumas Raya di ajang Festival Film Purbalingga (FFP)
Mei 2016 lalu.
Salah
satu juri yang juga ahli filsafat, Tommy F Awuy mengatakan, kedua
film ini menang karena pembuatnya yang masih pelajar mengangkat tema
yang menarik dalam sejarah Indonesia yang layak diketahui masyarakat
umum.
Juri
lain, aktor Lukman Sardi, menilai film anak-anak desa ini mampu
berbicara banyak dengan kesederhanaannya, namun tegas dalam pemilihan
tema cerita. “Film-film pelajar ini mampu memberikan suntikan
semangat untuk tetap optimis dengan perkembangan perfilman
Indonesia,” ujarnya.
Dalam
setiap pergelaran festival yang digagas Pusat Pengembangan Perfilman
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak 2012 ini, pegiat film
Purbalingga selalu turut aktif meramaikan.
(Kabare
Bralink/CLC)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !