PURBALINGGA
- “Saya merasa bangga menjadi santri setelah menonton film ini,”
tegas Zaki Maftukhan santri Pondok Pesantren Salafiyah Desa
Karangasem, Kecamatan Kertanegara, Purbalingga usai menonton film
dokumenter 'Jalan Dakwah Pesantren' sutradara Yuda Kurniawan,
Minggu malam, 30 Oktober 2016 di pelataran pesantren yang sudah
berdiri sejak 1985.
Film
berdurasi 37 menit itu berkisah sejarah panjang lembaga pendidikan
berciri khas keagamaan yang lekat dengan lokalitas dan beragam
tradisi serta budaya di Indonesia bernama pondok pesantren. Pesantren
selalu berdialog dengan keadaan dan telah menjadi bagian dari
peradaban dunia.
Sebelumnya,
film yang diproduksi Kementerian Agama RI, Rekam Docs, dan 1926 ini
telah diputar dan menjadi bahan diskusi keliling Pulau Jawa di
puluhan pondok pesantren, kampus, dan kantong-kantong pergerakan
seperti di Universitas Negeri Jakarta, Ponpes Cipasung Tasikmalaya,
Ponpes Babakan Ciwaringin Cirebon, Ponpes Al-Azhar Muncar Banyuwangi,
dan Stadion Maguwoharjo Yogyakarta.
Sebagai
pembuka, diputar film-film pendek produksi Ponpes Salafiyah yang
memancing antusias penonton. Usai pemutaran yang difasilitasi CLC
Purbalingga ini digelar diskusi yang menghadirkan sutradara Yuda
Kurniawan dan pengasuh Ponpes Salafiyah Gus Mansur Awit.
Dihadapan
para santri dan warga sekitar pesantren Yuda menceritakan
pengalamannya selama proses produksi film yang diproduseri Hamzah
Sahal ini. Menurutnya, ia sangat menikmati proses produksi dokumentar
ini.
“Biasanya saya bikin dokumenter ingin cepat selesai, untuk
film ini sebaliknya, saya sangat menikmati,” terangnya.
Sementara
Gus Awit menjawab pertanyaan dari salah satu peserta diskusi terkait
bagaimana peran pondok pesantren menanggapi kelompok-kelompok Islam
garis keras. Pengasuh pesantren yang sempat mengenyam pendidikan di
Al-Azhar Kairo Mesir ini, mengatakan santri sekarang harus lebih
terbuka terhadap dunia luar agar mempunyai strategi berdakwah yang
menyejukan dan efisien.
“Ini
menjadi tantangan dan tanggung jawab para santri harus tahu bagaimana
sejarah dakwah Islam masuk Nusantara. Kemudian memanfaatkan teknologi
internet, setidaknya untuk mengimbangi dakwah-dakwah versi wahabi
yang sudah terlebih dahulu menggunakan teknologi itu,” jelas Mansur
Awit.
Setelah
singgah di Purbalingga, 'Jalan Dakwah Pesantren' kembali berjalan
menyambangi penontonnya yaitu mahasiswa IAIN Purwokerto dan santri di
Ponpes Al Ihya Ulumaddin Cilacap.
(Kabare
Bralink/CLC)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !