PURBALINGGA
– Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora)
bekerjasama dengan Paguyuban Pariwisata Purbalingga (Wisbangga)
menggelar pelatihan, Selasa – Kamis (8 -10/11). Kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia ini diikuti
oleh para pengelola desa wisata, anggota Wisbangga dan komunitas
wisata minat khusus lainnya.
Kepala
Bidang Pariwisata Dinbudparpora Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si
mengatakan, pelatihan yang digelar meliputi pengelolaan wisata air
dan resque wisata air (penyelamatan di air), sadar wisata dan sapta
pesona wisata, dan penyusunan paket wisata. Pelatihan digelar di
tiga tempat terpisah, untuk pelatihan pengelolaan wisata air dan
resque air di Desa wisata Limbasari, Kecamatan Bobotsari, pelatihan
sadar wisata dan sapta pesona wisata di Desa wisata Serang, Kecamatan
Karangreja, sedang pelatihan penyusunan paket wisata digelar di ruang
pertemuan obyek wisata Pancuran Ciblon.
“Peserta
pelatihan sebanyak 90 orang, dan mereka berasal dari pengelola desa
wisata serta komunitas wisata minat khusus seperti pengelola outbond,
wisata rafting dan pegiat wisata alam lainnya,” kata Prayitno yang
dihubungi di ruang kerjanya, Senin (7/11).
Dikatakan
Prayitno, untuk pelatihan resque wisata air dikhususkan bagi
pengelola desa wisata yang berbasis air seperti Desa Kedungbenda,
Kecamatan Kemangkon, Desa Karangcegak Kecamatan Kutasari, Desa Onje
Kecamatan Mrebet, Desa Limbasari kecamatan Bobotsari dan pengelola
wisata di Desa Kaliori Kecamatan Karanganyar.
“Penyelamatan
di air ini sangat dibutuhkan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan
wisatawan yang menikmati wisata air. Pelatihan serupa juga pernah
dilakukan di Desa Kedungbenda, kemangkon dan juga oleh komunitas
rafting Tirta Seta,” kata Prayitno.
Ditambahkan
Prayitno, peningkatan SDM pelaku wisata terus diupayakan seiring
dengan tuntutan pelayanan kepada wisatawan. Pengelola desa wisata
tidak saja hanya memahami sadar wisata melalui sapta pesona wisata,
tetapi juga harus paham dan mengerti teknis-teknis tertentu yang
berkaitan dengan pelayanan wisatawan. Misalnya di daya tarik wisata
air river tubing, maka pemandu selain menguasai teknik memandu yang
profesional juga harus bisa melakukan penyelamatan jika sewaktu-waktu
terjadi kecelakaan, sehingga wisatawan merasa aman dan nyaman.
“Peningkatan
SDM ini sangat penting karena selain persaingan antar daya tarik
wisata yang ketat, juga tuntutan profesionalisme dalam memandu
wisatawan,” kata Prayitno.
Prayitno
menambahkan, para pemandu khususnya dari desa wisata, saat ini
setidaknya sudah ada 115 orang yang mememiliki sertifikat kepemanduan
yang dikeluarkan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) bekerjasama dengan
Badan Nasional Sertifikasi proesi (BNSP).
“Sertifikasi
ini sebagai tanda bahwa pemandu wisata bekerja profesional dan juga
untuk memenuhi regulasi yang dikeluarkan Kementerian pariwisata bahwa
semua pemandu wisata harus memiliki sertifikat,” tambahnya.
(Kabare
Bralink/Humas)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !