PURBALINGGA
– Para pegiat wisata dari sejumlah desa wisata di Purbalingga masih
membutuhkan pendampingan dari Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
Olah Raga (Dinbudparpora) untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM). Selain itu, beberapa desa wisata juga membutuhkan
stimulan untuk mengembangkan daya tarik wisata untuk mendongkrak
kunjungan wisatawan.
Hal
tersebut terungkap saat diskusi pengembangan desa wisata dan
sosialisasi Sapta Pesona Sadar Wisata di Kampung Kurcaci, Desa Wisata
Serang, Kecamatan Karangreja, Rabu (9/11). Diskusi dihadiri Kabid
Pariwisata Dinbudparpora Ir Prayitno, M.Si, Kasi Sarana Prasarana
Wisata Sri Mulyani, BSc, para pegiat wisata, dan sejumlah pengurus
Paguyuban Wisata Purbalingga (Wisbangga). Diskusi sengaja digelar di
alam terbuka agar tidak terkesan formal dan lebih menyatu dengan
alam.
Sugit,
dari pegiat wisata dan pengelola wisata Gunung Malang, Desa Serang
Kecamatan Karangreja, mengungkapkan, Serang memang sudah dikenal
sebagai desa wisata dengan rest area Lembah Asri dan petik stroberi,
namun kami ingin memberikan daya tarik lain berupa nuansa camping
ground di padang ilalang dan sunrise bukit Gunung Malang dengan
ketinggian sekitar 1.700 meter diatas permukaan air laut. Sugit
mengelola daya tarik wisata itu dengan komunitas pecinta alam
Gumapala yang ada di wilayahnya.
“Kami
saat ini mengelola secara mandiri bekerjasama dengan LMDH (Lembaga
Masyarakat Desa Hutan) dan Perhutani. Kami berharap, Dinas
mendampingi kami untuk meningkatkan kualitas para pemandu, dan jika
memungkinkan ada stimulan ada untuk pengadaan tenda camping. Dinas
sudah membantu lewat bantuan keuangan, namun oleh pihak desa
difokuskan ke penataan rest area Lembah Asri,” katanya.
Hal
senada juga disampaikan Kirman, pegiat wisata dari Dukuh Kaliurip,
Desa Serang. Para pemuda di Kaliurip yang berjumlah 15 orang, saat
ini tengah mengembangkan wisata sunrise bukit Gunung Sumbe, dan
wisata edukasi bertani. “Lahan strobei terluas di Desa Serang,
sebenarnya ada di Dukuh Kaliurip, oleh karenanya kami ingin menjual
wisata tidak saja hanya petik stroberi, tetapi juga wisata edukasi
bertani. Bisa cara menanam stroberi, menanam sayuran, memetik
sayuran, memberi pakan ternak kambing dan kegiatan pertanian lainnya.
Kami juga menyiapkan sejumlah gasebo yang berada di tengah-tengah
kebun stroberi,” ujar Kirman.
Sementara
pengelola Kampung Kurcaci Desa Wisata Serang, Edi Susanto
mengungkapkan, pihaknya memang mendengar bantuan dan untuk
pengembangan desa-desa wisata, namun sampai saat ini belum menyentuh
Kampung Kurcaci. “Kami berusaha mengembangkan Kampung Kurcaci
secara mandiri, tidak mengandalkan bantuan. Jikapun ada, kami sangat
berterima kasih sekali karena bisa untuk menambah wahana rumah
Kurcaci, penataan taman, gasebo, dan rehab rumah pohon serta untuk
dukungan pengerasan lahan parkir wisatawan,” kata Edi.
Edi
menambahkan, meski tidak menerima bantuan dana yang dilewatkan
pemerintah desa, namun pihaknya merasa sudah senang karena mendapat
dukungan dari Dinbudparpora. Dukungan itu seperti bisa diajak studi
banding ke desa wisata lain di Jabar, dan juga ke beberapa daya tarik
wisata di Lembang Bandung. Selain itu juga ada pendampingan pelatihan
dan bantuan tempat sampah serta dukungan promosi wisata.
“Bagi
kami, dorongan semangat dari Dinas sangat berharga demi memajukan
Kampung Kurcaci,” kata Edi.
Kepala
Bidang Pariwisata Ir Prayitno, M.Si mengungkapkan, Pemkab melalui
Dinbudparpora sangat mendukung pengembangan desa-desa wisata.
Dukungan Pemkab selain berupa peningkatan kualitas SDM, juga
peningkatan wacana pengembangan desa wisata dengan studi komparasi ke
desa wisata yang sudah maju. Selain itu juga digelontorkan Bantuan
Keuangan Khusus (BKK) sejak tahun 2015 kepada desa-desa wisata. Pada
tahun 2015 setidaknya dikucurkan Rp 1 miliyar, dan pada tahun 2016
ini dikucurkan Rp 1,8 milyar.
“Desa-desa
yang sudah mulai bersemangat dan pengelolanya mulai terlihat, baru
diberikan stimulan. Pemkab tidak memberikan stimulan bagi desa wisata
yang belum bergerak sama sekali. Pada tahap awal, Dinbudparpora lebih
berupaya pada pendampingan SDM untuk meningkatkan pelayanan dan
pengelolaan, selanjutnya baru dibantu dana stimulan yang mekanisme
penyalurannya melalui pemerintah desa masing-masing,” kata
Prayitno.
Prayitno
menambahkan, aat ini setidaknya sudah ada 15 desa wisata yang mulai
diminati wisatawan. Beberapa desa juga mulai menunjukkan prospek
untuk dikembangkan sebagai desa wisata dan para pengelolanya sudah
mulai menggeliat. Desa-desa tersebut seperti Desa Bumisari, Kecamatan
Bojongsari, Desa Lambur, Kecamatan Mrebet, dan Desa Kaliori,
Kecamatan Karanganyar.
“Perkembangan
desa wisata yang sudah lebih dahulu maju, ternyata mampu memberikan
efek positif bagi pemuda desa lain, dan ingin menjadikan desanya
sebagai desa wisata,” tambah Prayitno.
(Kabare
Bralink/Wisata)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !