PURBALINGGA
– Para pegiat desa wisata harus terus memotivasi diri untuk
mengembangkan kemampuannya dalam merebut pasar wisatawan. Melakukan
motivasi diri ini sangat penting karena merupakan titik awal
kesuksesan seseorang. Orang yang bodoh sekalipun, jika mampu
memotivasi diri dan mewujudkan cita-citanya, maka akan sukses di
kemudian hari. Disisi lain, pelaku desa wisata harus menjaga trust
(kepercayaan), karena kepercayaan ini nilainya tidak bisa diukur
dengan uang.
“Manusia
diciptakan sebagai makluk yang terpilih di dunia. Dari jutaan sperma,
hanya terpilih satu yang mampu membuahi ovum, dan akhirnya jadilah
sosok manusia. Manusia inilah merupakan makluk yang terseleksi dari
jutaan sperma manusia. Jangan kalah sama monyet yang bisa mencari
uang. Masak monyet saja bisa nyari duwit, manusia malah tidak bisa,”
ujar Zaenal Abidin, salah seorang motivator yang juga Direktur
Institut Kemandirian serta konsultan desa wisata.
Zaenal
Abidin mengungkapkan hal tersebut saat memberikan motivasi bagi para
pegiat desa wisata, para kepala desa lokasi desa wisata dan pengelola
daya tarik wisata di Operation Room Graha Adiguna, Kompleks Pendapa
Dipokusumo Pemkab Purbalingga, Selasa (29/11). Acara tersebut dibuka
oleh Sekda Wahyu Kontardi, SH dan dipandu oleh Kepala Bidang
Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
(Dinbudparpora) Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si.
Menurut
Zaenal, pegiat desa wisata jika ingin menang dan mampu mendatangkan
wisatawan, haruslah melakukan sesuatu yang berbeda. Mereka tidak
hanya menjadi folower saja, tetapi menjdilah seorang pioner. Selain
itu, pegiat wisata juga harus mampu membaca peluang dan memanfaatkan
peluang sebaik-baiknya.
“Seseorang
biasanya ingin bangkit setelah mendapat materi motivasi dari
motivator, namun setelah tiga minggu kemudian sudah kembali berbalik
lupa dengan motivasi yang telah diterimanya. Tempalah besi saat masih
panas, maka besi itu akan terbentuk sesuatu sesuai yang diinginkan.
Berbuatlah sesuatu ketika kita sudah di puncak semangat, jangan
menunggu semangat itu mengendur. Semua akan berpulang pada diri
sendiri, akankah mau maju, ataukah hanya sudah puas seperti
sekarang,” kata Zaenal yang menyelesaikan pendidikan S-1 di
Fakultas Peternakan Unsoed, dan S-2 di Universitas Trisakti serta di
Riyal Melbourne Institute Technology.
Zaenal
juga meminta, jangan menjadikan seorang motivator untuk bergerak.
Motivator ibaratnya hanya sebuah accu kendaraan. Ketiga kendaraan
sudah berjalan, ketika accu itu dilepas, tetap saja kendaraan bisa
jalan. Pergerakan kendaraan sudah dikendalikan oleh dinamo.
Ibaratnya, diri sendirilah yang menjadi seperti sebuah dinamo.
Zaenal
melihat, seseorang yang ingin maju dan bangkit biasanya ada motivasi
yang melatarbelakanginya. Zaenal mencontohkan seorang sales yang
ingin maju bisa karena ingin janji imbalan yang tinggi. Atau bisa
juga karena takut kesusahan. Takut susah karena akan dipecat jika
tidak memenuhi target pendapatan itu.
“Seseorang
harus memiliki target kedepan, mesikupun ketika disampaikan saat ini,
target itu seperti diluar akan sehat. Namun, sejatinya ketika target
ditetapkan, itu sudah menjadi bagian motivasi untuk mengembangkan
diri dan menggapai target itu,” kata Zaenal yang telah menerbitkan
setidaknya 95 jenis buku tentang motivasi, peternakan dan
ketrampilan.
Dalam
kesempatan itu, Zaenal secara spontan memainkan game. Zaenal awalnya
memancing audien, apakah kebahagiaan diukur dengan uang yang banyak?
Ternyata uang banyak bukan menjadi ukuran kebahagiaan, namun
kebahagiaan itu juga butuh uang. Zaenal kemudian melempar dua uang
koin lima ratus rupiah. Zaenal berujar, siapa yang butuh uang? Namun
ternyata tidak ada peserta yang langsung mengambilnya. Sesaat
kemudian, Tiba-tiba ada dua peserta yang mengambil uang itu di lantai
dan mengantonginya.
“Dari
sekitar 100 orang yang hadir, ternyata hanya ada dua orang yang
memanfaatkan peluang. Meskipun peluang itu kecil, hanya uang recehan.
Sementara peserta lain hanya beralasan, jauh dari tempat duduknya
untuk beranjak. Ini hal sepele, namun peluang itu harus ditangkap,
sama halnya seperti menangkap peluang kedatangan wisatawan,” kata
Zaenal yang sesaat kemudian memanggil kedua orang yang mengambil uang
receh tersebut, dan ditukarnya dengan uang kertas lima puluh ribuan.
“Ini
rejeki saudara, karena saudara piawai memanfaatkan peluang,” ujar
Zaenal.
Dibagian
lain, Zaenal meminta kepada para pelaku desa wisata untuk tidak
meminta bantuan uang ke Pemkab atau meminta fasilitasi dari dana
Pemkab. “Ketika ingin mandiri, maka ia harus bangkit dari kemampuan
diri sendiri, jangan tergantung dan menggantungkan pada orang lain,
termasuk kepada Pemkab,” ujar Zaenal yang mengaku pernah menjadi
sopir truk proyek ini.
Sementara
itu Sekda Purbalingga Wahyu Kontardi menyatakan, Pemkab terus
mendorong pengembangan desa-desa wisata karena sektor pariwisata
diyakini mampu menggerakan roda perekonomian masyarakat. Bentuk
dukungan pemkab antara lain dengan memperbaiki infrastruktur menuju
lokasi desa wisata, memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan
sumberdaya manusia, dan bahkan memberikan bantuan keuangan khusus.
“Peluang
kunjungan wisata ke Purbalingga juga akan terbuka lebar, seiring
dengan akan dibukanya penerbangan melalui bandara Soedirman dan juga
dibukanya jalan tolo Jakarta Pemalang, yang salah satu pintu
keluarnya di Pemalang,”kata Wahyu.
(Kabare
Bralink/Wisata)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !