PURBALINGGA
– Adalah seorang gadis yang bernama Feni Saputri Indahsari (17),
namun kehidupannya tak seindah namanya. Ia tak bisa menikmati
cerianya masa anak-anak, masa remaja hingga masa dewasa saat ini. Ia
hanya bisa tergolek lemah tanpa daya di sebuah kamar sempit di
rumahnya RT 3/RW 4 Desa Karangtalun, Kecamatan Bobotsari,
Purbalingga. Gadis itu menderita Lumpuh Layuh (flaccid paralysis).
Hari-hari
gadis yang biasa dipanggil Putri ini harus tergantung sang ibu. Mulai
dari aktifitas makan hingga buang air besar, semua dilakukan dengan
tekun oleh sang ibu, Tursinah (42). Untuk menghidupi Putri dan
keluarganya, Tursinah hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah
melalui program bantuan ODKB (Orang Dengan kecacatan Berat (ODKB)
yang digelontorkan dari Kementerian Sosial.
“Sebelum
dapat bantuan dari pemerintah, saya pernah bekerja di pabrik rambut.
Penghasilan yang saya peroleh untuk menghidupi keluarga dan merawat
putri. Namun, saya akhirnya saya harus keluar demi merawat putri,”
tutur Tursinah kepada Wabup Tiwi yang menengoknya, Jumat (28/1) sore.
Tursinah
menuturkan, dirinya memutuskan untuk keluar bekerja dari sebuah
pabrik rambut agar Putri bisa ditemani setiap saat. Ketika itu, sang
suami bisa diajak bergantian untuk merawat Putri. Namun, kini ia
harus menghadapi tantangan hidup itu sendiri. Sang suami memilih
meninggalkan Tursinah dan Putri, pergi entah kemana.
“Kini
saya harus menghadapi semuanya, harus mencari tambahan penghasilan
dan merawat anak Putri. Sampai kapanpun, saya tidak akan
menyia-nyiakan anak saya. Apapun kondisinya, karena dia amanah Tuhan
untuk saya,” isak Tursinah.
Untuk
membiaya hidup sehari-hari, Tursinah mengaku hanya mengandalkan
bantuan program ODKB yang besarnya Rp 600 ribu per bulan. Bantuan itu
diberikan tiga bulan sekali dengan cara dirapel. Dengan uang Rp 1,8
juta, harus dicukupkan untuk biaya hidup selama tiga bulan. Bantuan
itupun hanya sampai bulan Desember 2016. Untuk bantuan kedepan,
Tursinah mengaku belum mengetahuinya, apakah masih ada atau tidak.
Penghasilan lain, didapat dari bantuan tetangga yang memberikan
pekerjaan serabutan dan bisa disambi karena tidak jauh dari rumah.
“Semua
harus saya syukuri karena ini sudah menjadi kehendak Tuhan, saya
hanya bisa berserah kepada-Nya,” tutur Tursinah.
Tursinah
mengungkapkan, kondisi Putri yang mengalami lumpuh sudah sejak bayi.
Tulang-tulangnya seperti kaku, dan semakin bertambah usia justru
tidak membesar. Tulangnya justru semakin mengecil. Kulitnya juga
menjadi keriput. Tursinah sudah membawanya ke puskesmas, ke rumah
sakit dan pengobatan alternatif lainnya, tetapi tak membuahkan hasil.
Akhirnya Tursinah pasrah dan memilih merawat Putri di rumah.
Wabup
Dyah Hayuning Pratiwi yang mengunjungi keluarga Tursinah dan
mendapati Putri, merasa iba. Apalagi setelah mendengar cerita
kehidupan ekonomi keluarga, dan menyaksikan kondisi rumahnya. Putri
yang mengalami lumpuh juga tergolek di kamar yang sempit dan belum
selesai dibangun.
Sebagai
seorang wanita, Wabup Dyah mencoba menguatkan hati Tursinah. Namun,
sesaat kemudian, ucapan Wabup terhenti, ia tak kuasa melanjutnya
kata-katanya. Air matapun tak terasa sudah menetes di pipinya. Sesaat
kemudian, Tiwi terlihat membersihkan tetesan air mata itu.
“Semoga
Allah memberikan kekuatan lahir batin untuk keluarga ibu Tursinah dan
anaknya Putri yang mengalami lumpuh,” ujarnya.
(Kabare
Bralink/Dinkominfo)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !