PURBALINGGA
– Terkait aksi terorisme beberapa waktu lalu yang dilakukan warga
Purbalingga, menjadi keprihatinan Wakil Bupati Purbalingga Dyah
Hayuning Pratiwi, SE. B.Econ karena hal itu menunjukkan bahwa paham
radikalisme masih saja berkembang di Purbalingga. Maka dari itu
Pemkab Purbalingga perlu sengkuyung seluruh masyarakat Purbalingga
untuk mencegah sekaligus menghilangkan paham-paham yang menyimpang
dan merusak moral serta mental utamanya generasi muda Purbalingga.
Keprihatinan
Wabup Tiwi tersebut disampaikannya ketika memberikan sambutan pada
kegiatan pengajian akbar dalam rangka isra mi’raj Nabi Muhammad SAW
1438 H/ 2017 yang dilaksanakan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia
(IPHI) Purbalingga di Pendapa Cahyana, Minggu pagi (23/04).
“Khususnya
kepada bapak ibu anggota IPHI Purbalingga, saya mohon dukungannya
ikut serta menjaga dan membimbing generasi Purbalingga dengan
menyampaikan ilmu agama secara benar sehingga dijauhkan dari ajaran
menyimpang,” kata Wabup Tiwi.
Selain
paham radikalisme, lanjut Wabup Tiwi, IPHI Purbalingga juga diminta
ikut serta memperkokoh kebhinekaan yang ada di Purbalingga, karena
pembangunan akan berjalan dengan baik dengan dukungan dan sinergi
seluruh elemen masyarakat Purbalingga yang terdiri dari berbagai
agama, keyakinan, suku dan juga berbagai perbedaan lainnya.
“Pemkab
Purbalingga mohon bantuan dari IPHI, ikut berperan memperkokoh
kebhinekaan sehingga situasi tetap terjaga kondusif dan mewujudkan
visi serta misi pembangunan Purbalingga yaitu masyarakat yang
religius beriman dan bertakwa, ,” kata Wabup Tiwi.
Pengajian
yang dihadiri Pengurus Cabang IPHI se Kabupaten Purbalingga,
menghadirkan Prof. DR. H. Didin Mukhafidin dari Bandung yang tidak
lain adalah putra Purbalingga karena berasal dari Desa Kedungjati
Kec. Bukateja Purbalingga.
Dalam
tauziyahnya, Prof. Didin menyampaikan bahwa penting untuk menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa dan lebih sempurna adalah manusia
yang tidak hanya mementingkan diri sendiri, serta kesombongan merasa
benar sendiri dan berguna bagi sekitarnya. Karena menurutnya, manusia
yang diberkahi hidupnya adalah manusia yang mau berbagi harta dan
ilmunya.
“Karena
sejatinya, kita akan bahagia apabila membahagiakan orang lain, maka
tidaklah berguna manusia yang memiliki segalanya, namun hanya untuk
dirinya sendiri,” kata Prof. Didin.
Prof.
Didin melanjutkan, dari berbagai perbedaan yang ada, itu adalah
bentuk kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala supaya manusia bisa
saling berbagi, menghormati dan menjaga satu sama lain, karena
manusia yang berkah hidupnya adalah manusia yang rakhmatan
lil’alamin.
(Kabare Bralink/Dinkominfo)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !