PURBALINGGA – Berawal
berjualan jagung milik warga, Anif Muchlasin (22) mampu menggerakkan
remaja di tempat tinggalnya di RT 5/RW 7 Desa Karangtengah, kecamatan
Kemangkon, Purbalingga. Laba berjualan jagung itu dibelanjakan buku
Iqra dan kartu prestasi. Dengan modal itu, Anif akhirnya membuat
semacam tempat belajar Alquran. Tahun 2010 menjadi titik awal, pemuda
lulusan Universitas S-1 Sunan Ampel Surabaya ini untuk merintis
kepeloporan bidang pendidikan di kampungnya.
Anif harus mengumpulkan uang
itu karena ia merasa berasal dari keluarga miskin yang hidup
pas-pasan. Ayahnya Hadi Suyono hanya bekerja sebagai tukang becak,
sementara ibunya Miriyah hanya sebagai ibu rumah tangga biasa.
Pendidikan S-1 dibiaya pemerintah melalui program Bidik Misi.
Rintisan itu semakin berkembang
menjadi sebuah komunitas yang diberinama ‘Lentera hati’.
Komunitas ini mendidik katalisator muda hebat dari desa. “Dengan
keterbatasan yang ada, saya dibantu beberapa teman berjualan jagung
keliling milik warga. Laba dari hasil jualan jagung itu saya gunakan
untuk membeli buku dan perlatanan sebagai pelengkap taman bacaan
Alquran,” kenang Anif disela-sela peninjauan lapangan oleh Tim Juri
Tingkat Nasional Pemuda pelopor bidang pendidikan di Desa
Karangtengah, Kemangkon, Rabu (27/9).
Anif sebelumnya meraih juara I
pemuda pelopor tingkat Jateng tahun 2017. Atas prestasi itu, Anif
diusulkan oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar)
Provinsi Jateng guna mengikuti lomba yang sama tingkat nasional. Oleh
Kementerian Pemuda Olah Raga (Kemenpora), Anif dinyatakan sebagai
salah satu nominator. Anif harus bersaing dengan 18 peserta lainnya
se-Indonesia dari 17 provinsi.
“Kami tidak mentargetkan Anif
jadi juara I nasional, tetapi kami ingin Anif membawa nama baik
Purbalingga dan Provinsi Jawa Tengah serta ikut diundang pada
peringatan hari Sumpah pemuda tingkat nasional tanggal 28 Oktober
mendatang di Jakarta,” kata Kepala Dinporapar Purbalingga Drs Imam
Hadi, M.Si.
Anif mengungkapkan, Komunitas
Remaja Lentera Hati (KRLH) dibentuk atas dasar keprihatinan banyaknya
kasus narkoba di kalangan remaja, akses media porno, kasus aborsi,
tawuran, dan geng motor.
“Berawal dari rasa
keprihatinan atas kondisi yang menimpa kalangan remaja itu, maka saya
ingin menrahakan anak-anak remaja di desa agar tidak terjerumus ke
hal negatif. Ketika membentuk komunitas itu saya berprinsip, hidup
harus bisa bermanfaat bagi orang lain, termasuk bagi kalangan remaja
di desa saya,” kata Anif yang kini tengah menempuh pendidikan
sekolah Pascasarjana Ketahanan Nasional dengan konsentrasi
pengembangan Managemen Kepemimpinan Universitas Gajah Mada (UGM)
Yogyakarta. Anif mengikuti pendidikan S-2 itu atas beasiswa dari
Kemenpora.
Anif mengatakan, gerakan
kepeloporan yang dijalankannya menggunakan metode Unesco yakni
Learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live
together.
”Sejak KRLH dibentuk pada 19
Agustus 2010, setidaknya ada tiga generasi yang telah selesai. Dan
kini ada 68 remaja yang tengah kami didik. Kami berharap ketika
mereka keluar dari KRLH, mereka bisa menjadi bibit unggul di
masyarakat dan menjauhi perbuatan negative,” kata anak ketiga
pasangan Hadi Suyono dan Ny Miriyah ini.
Sementara itu Tim Penilai
Pemuda Pelopor Tingkat Nasional, Miftah Zaeni mengungkapkan, seorang
pemuda disebut sebagai pelopor apabila dia memulai sesuatu yang belum
dilakukan oleh orang lain. Jika sesuatu tersebut sudah dimulai orang
lain, dia bukan pelopor tapi pelestari.
“Pemuda pelopor harus
memiliki ide, inovasi dan kreasi yang bisa memberikan manfaat bagi
orang lain atau masyarakat di sekitarnya,” kata Zaeni.
Zaeni mengapresiasi kepeloporan
yang telah dijalankan oleh Anif. Zaeni memberikan koreksi agar saat
memaparkan didepan Tim Juri nasional di Jakarta pecan mendatang,
harus lebih percaya diri. “Selain materi harus dikuasai, Anif
sebagai pemuda pelopor tidak perlu grogi dan gestur penampilan perlu
diperbaiki,” kata Zaeni.
Zaeni juga menyarankan agar
kiprah Komunitas Remaja Lentera Hati dikenal masyarakat luas, harus
mampu menguasai media. Pengelola harus membuat website agar banyak
dibaca orang, selain itu juga juga memanfaatkan media promosi melalui
media social seperti instagram, twitter, facebook atau youtube.
“Sekarangnya eranya sudah perang media, dan sebagai pemuda pelopor
harus berani memanfaatkan peluang promosi melalui media itu,”
katanya Zaeni.
(Kabare Bralink/Hms)
alhamdulillah
ReplyDelete