Salah Tafir
Oleh : Arif Maulana
Aku susuri jalan perkotaan
Gempita warna merah setiap trotoar
gedung gedung dan jembatan
gedung gedung dan jembatan
Katanya,
Merah adalah tanda keberanian
tanda berhasilnya pembangunan
Merahnya adalah bukti tanda kekuasaan
Selaput mataku terpejam
Bunyi seketika senyap
Aku larut, batinku bergejolak
Dimensi lain dari naluriku berbisik
Merah juga berarti amarah bukan ?
Kulihat merah pada mata berair para petani
Selepas panen
hutangnya tak kunjung lunas
Kulihat api di mata seniman jalanan
Coretannya di pinggir jalan
Dianggap tak ubah sampah
dibandingkan deretan baliho pengemis kekuasaan
Di PMI
ada orang tua setengah jijik ketika darah merahnya direlakan
Ingat buah hatinya
Yang mati sepekan lalu karena rumah sakit kehabisan darah
katanya...
Di sudut lain
Pemuda setengah hati menggendong anaknya
ingat omelan istrinya kala pagi
Melamunkan andai dirinya punya pekerjaan
Di depan gardu
Dua anak kecil, saling bertengkar
Rebutan telepon genggam
Nenek mengomel kelaur gang
tak dapat jatah raskin
menyalahkan kakek yang menyesal menjual sepetak sawahnya silam
Di posko perempatan ada Polisi meminum anggur merah sitaan
geram tak bisa menutup pabriknya
Guru mendengus melihat setumpuk rapot merah
Tak ada wali murid yang datang
Aku tersadar
Aku kebingungan mengartikan arti merah, percaya pada mata
Atau hati yg berpijar di balik mata terpejam
Setiap hela napas membuatku serasa semakin terbakar
Aku diam
Aku kebingungan
Aku meradang
Aku menghitam
Aku telah jadi arang
Purbalingga, 06 Maret 2018
Rancak bana....
ReplyDelete